REUTERS
"Seharusnya tidak boleh terjadi seperti ini. Koordinasi tidak jalan," keluh Kepala Rumah Sakit Tentara Reksodiwiryo Padang Farhaan Abdulah pada Media Indonesia, Sabtu (3/10) seusai menerima bantuan kemanusiaan dari Media Group.
Menurut Farhaan, seharusnya tidak perlu ada dikotomi antara rumah sakit milik Depkes atau rumah sakit milik tentara. Saat ini, lanjut Farhan, perbandingan jumlah dokter dan pasien di intansinya malah lebih banyak tenaga medisnya. "Katanya jumlah pasien di RS M Djamil sudah overload. Kenapa tidak segera dioper ke sini," jelasnya.
Pada hari ketiga pascagempa, jumlah pasien yang masuk ke Rumah Sakit Tentara Reksodiwiryo hanya 14 orang. Padahal jumlah tenaga medis terus berdatangan, seperti dari RS Pusat Pertamina, Jakarta, Puskes TNI, RS Tentara Puti Hijau, RS Palembang, RSCM, tenaga medis dari Budha Tzuci dan sebagainya.
Dari pengamatan Media Indonesia, 3 buah tenda darurat untuk merawat pasien yang terletak di halaman parkir Rumah Sakit Tentara Reksodiwiryo telah kosong dari pasien dan hanya dipakai tidur-tiduran oleh sejumlah petugas.
Ditemui di RSÂ M. Djamil, Padang, Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Depkes Rustam Pakaya membantah tudingan terjadi kurang koordinasi antar rumah sakit. "Memang pasien yang masuk tidak ada. Kita masih tunggu kedatangan korban dari Pondok Cina. Sekarang jumlah tenaga medis dan pasien memang lebih banyak jumlah tenaga medisnya," tambah dia. (Tlc/OL-06)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar