Senin, 30 Juni 2008

MENGHADAPI FLU YANG MENGGANAS





MENGHADAPI FLU YANG MENGGANAS
“Sekarang flu kok bandel, ya? Enggak sembuh-sembuh,” demikian keluhan orang akhir-akhir ini. Ditularkan lewat udara, penyakit influenza atau flu sebenarnya sudah dikenal orang sejak ratusan tahun lalu. Ketika muncul batuk-pilek, orang langsung tahu inilah gejala flu. Serangan yang lebih berat umumnya dibarengi demam (suhu naik sampai 38-40o C), sakit kepala, radang tenggorokan, lemas, mual, dan ngilu tulang. Masa inkubasi flu berlangsung 1-2 hari.
Flu, pada dasarnya gampang diatasi. Setelah diberi obat penurun panas, obat batuk, antibiotika, serta istirahat cukup, kondisi tubuh biasanya akan kembali pulih.
Mengapa penyakit flu mampu demikian “setia” menemani umat manusia sampai sekian lama? Bila ditengok sifat genetisnya, virus flu dikenal sebagai virus yang tidak stabil. Ia sering bermutasi akibat pertukaran gen. Sebab itu kita sering mendengar munculnya jenis flu-flu “baru” yang sulit sembuh, lebih parah gejalanya, bahkan sampai menelan banyak korban.
Gara-gara unggas dan babiLedakan flu pertama terjadi antara tahun 1889-1890. Namun wabah terhebat muncul di tahun 1918. Di seluruh dunia, korban berjatuhan sampai + 20 juta orang. Di AS saja, wabah ini merenggut 550.000 jiwa. Kemudian ia menyebar begitu cepat sampai ke bagian yang terpencil di Alaska, Samoa Barat di Pasifik Selatan, terus ke India dan di sana menewaskan 12,5 juta penduduk. Belum lagi di Eropa. Tak diketahui alasannya, satu-satunya benua yang terbebas dari ancaman virus flu saat itu hanyalah Australia.
Manusia membutuhkan cukup banyak waktu untuk meneliti sebab musababnya, sehingga baru tahun 1930 penyebab flu hebat tersebut berhasil diidentifikasikan. Ternyata virus flu tersebut berasal dari babi, sehingga penyakit flunya dinamakan swine flu. Sumber penyebarannya dipercaya dari sebuah tanah pertanian di daerah Midwest (Barat-Tengah), AS, tempat orang beternak babi di tanah-tanah pertanian keluarga. Penasarannya dunia kedokteran terhadap flu superganas itu terbukti dengan masih berlangsungnya penelitian terhadap swine flu itu hingga kini.
Misalnya saja, baru-baru ini Departemen Pertahanan AS menemukan contoh jaringan paru-paru seorang tentara AS berusia 21 tahun yang meninggal tahun 1918, hanya 5 hari setelah terserang flu. Contoh jaringan yang sudah sekitar 80 tahun tersimpan rapi di Washington ini diharapkan akan membantu manusia membuka tabir lebih dalam lagi tentang lika-liku penyebab flu babi tersebut.
Menurut Jeffery K. Taubenberger MD.PhD., yang banyak meneliti penyakit pandemi, tipe virus flu di awal abad ini memang langka dan mematikan. Peneliti dari bagian Patologi Institut Angkatan Bersenjata AS ini juga menyimpulkan, tentara Amerika banyak berperan dalam menyebarkan suatu jenis penyakit flu ke Eropa, yang anehnya, kemudian dikenal sebagai flu Spanyol! Padahal di pengujung PD I itu tentara AS (yang sadar atau tidak sudah banyak terserang flu) dikirim ke Prancis, bukan ke Spanyol.
Robert Webster MD dari RS anak St. Jude di Memphis, AS, mengemukakan hasil pengamatan yang amat menarik. Rupanya semua gen virus flu di dunia ini mempunyai tempat-tempat persinggahan sebelum sampai di tubuh manusia. Dari tubuh unggas aquatik (sering berhubungan dengan air) seperti bebek dan burung camar, virus ditularkan ke babi, lalu baru ke manusia.
“Pada tubuh babi virus flu diubah gennya untuk kemudian dimunculkan kembali. Flu Hongkong dan flu Asia merupakan hasil proses penataan kembali ini,” kata Webster. Namun pendapat Webster ini masih banyak diperdebatkan, karena banyak ahli lain berpendapat swine flu ganas hanya akan muncul setiap 100 tahun.
Lepas dari silang pendapat itu, Maret lalu ternak babi di Malaysia (khususnya di daerah Selangor) banyak yang mati terkena penyakit ensefalitis (radang selaput otak) Jepang. Sebelumnya, Oktober tahun lalu, virus penyebab ensefalitis ini pernah menyerang ternak babi di daerah Perak. Akhirnya pemerintah Malaysia menyarankan pembantaian terhadap ribuan ternak babi. Belum jelas virus apa yang menyerang babi tersebut. Yang jelas, penyakit ensefalitis memang bisa merupakan komplikasi penyakit flu, meski virus flu bukanlah satu-satunya kemungkinan penyebab penyakit selaput otak. Namun, mau tak mau orang jadi bertanya-tanya, mungkinkah virus yang menyerang para babi di Malaysia itu rumpun virus sejenis yang bermutasi?
Mutasi gen Virus flu berasal dari beberapa rumpun myxovirus yang dikategorikan sebagai tipe A, B, dan C. Tipe A merupakan tipe penyebab flu utama, muncul dalam beberapa jenis rumpun, yang secara klinis dapat dibedakan berdasarkan tempat pertama kali ditemukan, laboratorium yang menemukan, serta kapan diperolehnya. Tipe A mempunyai subtipe protein H dan N. Kalau virus A paling sering menyerang manusia, tipe B dan C jarang menyerang manusia; kalaupun menyerang sifatnya ringan, dan tidak mewabah.
Walaupun gejala infeksi antara tipe utama dengan yang lain hampir sama, secara antigen sama sekali berbeda, sehingga orang yang kebal terhadap tipe yang satu tidak berarti kebal terhadap tipe yang lain.
Bentuk virus flu ada yang bulat, ada pula yang seperti kawat pijar. Inti virus terdiri atas bahan genetika RNA (ribose nucleic acid). RNA ini mengandung semua gen yang penting bagi virus untuk hidup dan berkembang. Setiap helai RNA berisi nukleoprotein.
Salah satu subtipe A dikenal sebagai H2N2. Inilah flu Asia yang pertama muncul di Asia Timur, kemudian menyebar ke seluruh dunia. Epidemi ini dipercaya terjadi 2-3 tahun sekali. Subtipe lain ada yang disebut H1N1 dan H3N2.
Virus flu yang menyebar di Indonesia pada umumnya virus H3N2. Berat ringannya serangan tergantung tingkat kekebalan seseorang. Sekitar Maret 1997, muncul virus flu tipe lain yakni subtipe H5N1 terkenal sebagai Avian flu alias flu burung. Flu ini telah membabat habis + 6.500 ekor unggas di Hongkong.
Dua bulan kemudian, flu ganas tiba-tiba juga menyerang seorang anak laki-laki berusia 3 tahun di Kowloon, Hongkong. Bocah itu akhirnya meninggal. Setelah diteliti, ternyata penyebabnya adalah virus flu burung tipe H5N1 juga.
Desember 1997 muncul lagi infeksi flu H5N1 pada manusia, dengan komplikasi berat seperti pneumonia dan ensefalitis (radang selaput otak), yang kalau tidak segera ditangani akan fatal. Keruan saja, pemerintah Hongkong akhirnya memutuskan pemberantasan besar-besaran dengan membunuh semua unggas yang dijualbelikan di pasaran. Suatu keputusan yang tentu tidak nyaman bagi para peternak.
Kini yang perlu diwaspadai, apabila terjadi perkawinan antara virus flu burung (atau virus H5N1) dengan virus H3N2 yang memungkinkan lahirnya “supervirus” H5N2. Soalnya, H5 dari flu burung membawa sifat letalitas tinggi, sedangkan N2 mempunyai daya tular yang cepat!
Menghantam supervirusUsaha pencegahan penyebaran flu ganas sebenarnya bisa dengan vaksinasi. Tapi rupanya cara ini secara umum belum diterapkan di Indonesia. Seorang penderita dengan diagnosa flu berat kini juga bisa menjalani tes di laboratorium khusus. Dengan mengambil usapan jaringan dari tenggorokan, lubang hidung bagian dalam atau tes darah, dapat diteliti dengan cepat antibodi penderita yang sedang dihinggapi virus flu. Cara ini dinamakan tes diagnostik kilat. Sayang, pemeriksaan seperti ini juga belum populer di Indonesia.
Atas dukungan WHO, kini dikembangkan pula vaksin virus flu H5N2. Soalnya penderita 65 tahun keatas atau orang pengidap penyakit kronis seperti jantung, paru-paru, ginjal, diabetes anemia, bila terkena flu cenderung lebih berat penderitaannya dibandingkan yang lebih muda dan sehat. Sebab itu vaksin ini sangat disarankan di panti-panti wreda. Juga disarankan bagi anak-anak atau remaja yang sudah lama mendapatkan terapi aspirin dan mereka yang berisiko terjangkit sindrom Reye. Sindrom Reye adalah serangan mendadak berupa gangguan pernafasan dan pencernaan selama beberapa hari dan berakhir dengan pembengkakkan otak yang ditandai dengan kejang atau koma. Sindrom Reye adakalnya muncul sebagai komplikasi dari flu berat.
Efek sampingan setelah mendapatkan vaksin flu, paling-paling hanya alergi. Itupun hanya terjadi pada beberapa orang yang sangat alergi terhadap telur. Soalnya virus yang digunakan dalam vaksin tersebut dikembangbiakkan dalam telur ayam.
Hanya kurang dari 1/3 orang yang menerima vaksin merasakan sakit dan hanya 5-10% mendapatkan efek sampingan (kebanyakan pada anak-anak)seperti pusing atau sedikit demam seperti menderita flu ringan. Tapi ini pun hanya terjadi pada anak yang belum pernah terserang virus influenza sebelumnya.
Menurut para ahli, vaksin yang diproduksi tahun 1940 s/d pertengahan 1960-an, menimbulkan efek sampingan karena tidak semurni vaksin buatan zaman sekarang. Oleh karena itu vaksin buatan zaman sekarang diharapkan tidak membawa efek sampingan.
Efektivitas vaksin sangat tergantung pada tingkat kesamaan antara jenis virus dalam vaksin dengan virus yang sedang menyerang. Jenis vaksin harus ditentukan 9-10 bulan sebelum datangnya musim flu. Sulitnya, di negara tropis seperti Indonesia, flu datang di segala musim, sehingga lebih sulit. Berhubung virus flu terus bermutasi, kalau waktu pemberian vaksinnya tidak tepat, tentu akan mengurangi kemampuan penyerapan antibodi vaksin yang berguna untuk merintangi mutasi virus baru. Akibatnya efektivitas vaksin berkurang.
Efektivitas vaksin juga bervariasi antara satu orang dengan orang lain. Pada para dewasa muda, efektivitas mencapai 70-90% dalam mencegah penyakit ini. Sedangkan pada lansia dan mereka dengan penyakit kronis, efektivitas vaksin berkurang, tapi paling tidak, akan mengurangi beratnya penderitaan, risiko komplikasi dan kematian.

Penelitian menunjukkan, pada lansia, vaksin bisa mengurangi perawatan di rumah sakit sampai 70% dan kematian sampai 80%. Risiko mendapat pneumonia berkurang sampai 60%. Penting diingat, antibodi yang diproduksi tubuh dalam merespons vaksin setiap waktu menurun, umumnya satu tahun setelah vaksinasi. Juga mengingat virus suptipe berlainan bisa datang setiap waktu (akibat mutasi gen), maka disarankan vaksin diberikan 1x setiap tahun.
Vaksin flu juga bisa diberikan pada wanita hamil pada trisemester kedua atau ketiga masa kehamilan selama musim flu.
Kegunaan vaksinasi pada wanita hamil untuk mencegah komplikasi bila terkena flu. Vaksin flu juga diberikan kepada para ibu menyusui.

Jaga jarak Pada umumnya memang agak sulit mencegah tertularnya penyakit flu terutama bila musim flu sedang melanda. Paling-paling sedapat mungkin menjauhi orang-orang yang sedang terkena flu. Dr. J. Widyaharsana, DE.F.A.C.B dari RS Pondok Indah, Jakarta, menyarankan, kalau kita bertemu dengan seorang penderita di ruang sempit, usahakan berpaling dari penderita. Ini untuk menghindari kita terkontaminasi mukosa hidung dan mata dari si penderita. Selain itu, meski kita dalam kondisi sehat, jangan pula terlalu sering menggosok-gosok hidung dan mata dengan jari-jari kita. Siapa tahu jari-jari kita telah melakukan kontak dengan penderita flu. Gunakan kertas tisu atau sering-seringlah mencuci tangan untuk menghindari penularan.
Sedapat mungkin hindari hadir bersama-sama penderita flu dalam ruang tertutup/ber AC, misalnya dalam lift. Namun bila keadaan itu tak dapat dihindari, misalnya di ruang kantor atau dalam pesawat terbang, gunakan obat semprot hidung yang mengandung larutan NaCl-fisiologis.
Banyak minum (sedikitnya 8 gelas air atau jus buah/hari) dapat pula membantu mencegah tertular flu. Vitamin E (200 IU/hari) juga membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Vitamin C juga berperan dalam mengurangi penderitaan akibat flu dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, asalkan tidak melebihi 500mg/hari. Penggunaan vitamin C secara berlebihan dapat menyebabkan diare dan meningkatkan asam lambung.

Tidak ada komentar:


Free chat widget @ ShoutMix
hit counter KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia blog-indonesia.com blog-indonesia.com http://iwanfalsmania.blogspot.com Blogging Blogs - BlogCatalog Blog Directory